GIAA: Fairly priced amid good performance
Pendapatan GIAA di 2Q19 tercatat di USD1,1 miliar (-0,5% QoQ, +7,7% YoY) didorong oleh pertumbuhan scheduled airline. Pencapaian ini membawa pendapatan 1H19 ke USD2,2 juta (+9,7% YoY), in-line (PANS, 47,3%, Kons: 45,3%, Rerata 5 tahun: 47,1%), yang didorong peningkatan passenger yield. Jumlah penumpang turun namun diestimasi adanya demand normalization di 2H19. Penyesuaian kapasitas masih berlangsung terlihat dari penurunan ASK yang berdampak penurunan konsumsi avtur sehingga biaya bahan bakar turun walau harga tercatat naik. Laba 2Q19 tercatat di USD3,6 juta (2Q18: rugi -USD52 juta) sehingga laba bersih di 1H19 tercatat USD24 juta (1H18: rugi -USD117 juta), dibawah estimasi (PANS: 39,5%, Kons: 34,2%) disebabkan forex loss dan kenaikan effective tax rate. Namun secara tahunan performa baik didorong: 1) kenaikan marjin laba operasi, dan 2) penurunan beban usaha seiring penurunan beban operasional penerbangan. Kami menurunkan rekomendasi ke HOLD, namun menaikkan target harga ke Rp480, setara 10% premium ke regional peers (implied PB 1,06x) didorong: 1) estimasi normalisasi demand, 2) stabilnya passenger yield, 3) cost efficiency, 4) momentum pendapatan tambahan dari penerbangan haji, dan 5) tingkat utang yang membaik. Namun dari sisi valuasi saat ini sudah fully priced-in.
Pendapatan naik diatas estimasi. GIAA mencatatkan pendapatan di 2Q19 di USD1,1 miliar (-0,5% QoQ, +7,7% YoY) dimana kenaikan ini didukung kenaikan dari segmen scheduled airline di USD930 juta (+0,6% QoQ, +6,3% YoY) serta pendapatan lainnya di USD162 juta (-5,5% QoQ, +26,9% YoY) seiring pertumbuhan segmen pemeliharaan & perbaikan di USD63 juta (+5,4% QoQ, +31,8% YoY) serta pelayanan penerbangan di USD25 juta (+4,9% QoQ, +15,7% YoY). Sejalan dengan pertumbuhan di 2Q19, GIAA mencatatkan pendapatan di 1H19 sebesar USD2,2 juta (+9,7% YoY), in-line dengan estimasi (PANS, 47,3%, Kons: 45,3%, Rata-rata 5 tahun: 47,1%).
Kenaikan pendapatan didukung oleh peningkatan kinerja operasional dimana rerata passenger yield untuk Grup Garuda per 2Q19 naik di USC8,41 (+10,4% QoQ, +31,4% YoY), sejalan dengan kenaikan passenger yield dari Garuda Domestik di USC11,2 (+3,2% QoQ, +43,6% YoY) dan Citilink di USC8,8 (+19,1% QoQ, +72,6% YoY). Garuda Internasional juga mencatatkan kenaikan passenger yield di 2Q19 sebesar USC6,34 (+7,8% QoQ, +4,8% YoY). Pencapaian ini membawa rerata passenger yield Grup Garuda per 1H19 di USC8,0 (+25,4% YoY). Namun, dari sisi passenger carried Garuda Grup di 2Q19 turun ke 7,4 juta penumpang (-4,1% QoQ, -25,0% YoY) sejalan dengan penurunan di Citilink di 2,7 juta penumpang (-12,0% QoQ, -29,4% YoY) dan Garuda Domestik di 3,6 juta penumpang (+4,7% QoQ, -24,8% YoY). Jumlah penumpang Garuda Grup di 1H19 turun ke 15,1 juta penumpang (-19,0% YoY). Kedepan, kami estimasi penurunan penumpang lebih minim seiring efek price shock yang melemah. Patut diketahui, di 2H19 GIAA akan mendapatkan pendapatan penerbangan Haji yang diestimasi sebesar USD216 juta.
CASK tercatat naik, namun konsumsi avtur turun. CASK Grup Garuda mengalami kenaikan di 2Q19 di USC6,5 (+5,4% QoQ, +9,8% YoY) didorong rerata harga avtur yang lebih tinggi. Namun, penggunaan avtur tercatat turun ke 473 juta liter (-3,5% QoQ, -15,8% YoY) di 2Q19 didorong penyesuaian kapasitas dimana GIAA melakukan perampingan frekuensi penerbangan yang terlihat dari penurunan ASK di 14,5 miliar (-4,1% QoQ, -10,1% YoY). Penurunan konsumsi avtur berdampak pada penurunan biaya bahan bakar di USD296 juta (+3,4% QoQ, -8,6% YoY) di 2Q19. Cost efficiency dan peningkatan yield mendorong laba operasi di 1H19 yang tercatat di USD82 juta (1H18: rugi –USD108 juta), diatas estimasi (PANS: 60,3%, Kons: 54,4%).
Bottom-line tercatat positif, sedikit dibawah estimasi. Laba GIAA di 2Q19 tercatat di USD3,6 juta (2Q18: rugi -USD52 juta) yang membawa laba bersih di 1H19 ke USD24 juta (1H18: rugi -USD117 juta), dibawah estimasi (PANS: 39,5%, Kons: 34,2%). Laba yang dibawah estimasi ini disebabkan oleh forex loss di 1H19 sebesar USD16 juta (1H18: untung USD31 juta) dan kenaikan effective tax rate per 1H19 di 43,0% (1H18: 21,7%). Namun, secara tahunan performa GIAA di 2Q19 masih membaik didorong: 1) kenaikan marjin laba operasi di 3,0% (2Q18: -4,1%) sejalan peningkatan passenger dan cargo yield, 2) penurunan beban usaha ke USD1,1 milyar (+0,7% QoQ, -2,8% YoY) seiring dengan penurunan beban operasional penerbangan ke USD616 juta (-0,3% QoQ, -4,9% YoY) utamanya atas penurunan beban bahan bakar. Untuk diketahui, tingkat utang GIAA mencatatkan perbaikan dengan net gearing berada dilevel 1,54x (1H18: 1,85x).
Menurunkan rekomendasi ke HOLD, namun menaikkan target harga ke Rp480 atau setara dengan 10% premium ke regional peers (implied PB 1,06x) didorong oleh: 1) estimasi normalisasi demand terhadap transportasi udara, 2) stabilnya passenger yield, 3) cost efficiency yang sejalan dengan penyesuaian kapasitas dari frekuensi penerbangan, 4) momentum pendapatan tambahan dari penerbangan haji, dan 5) tingkat utang yang membaik. Namun dari sisi valuasi saat ini sudah fully priced-in.
sumber:Panin Sekuritas
Komentar
Posting Komentar