KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penurunan harga jual rata-rata ethylene (etilena) dan polyethylene (polietilena) berakibat pada kinerja PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) sepanjang semester I-2019.
Pendapatan Chandra Asri (TPIA) turun 18,1% menjadi US$ 1,05 miliar dari US$ 1,29 miliar. Ujung-ujungnya, laba bersih anak usaha PT Barito Pacific (BRPT) ini anjlok 71,43% menjadi US$ 32,92 juta.
Penurunan penjualan Chandra Asri (TPIA) terjadi baik di pasar lokal maupun luar negeri dengan penurunan masing-masing 16,24% menjadi US$ 767,49 juta dan 23,08% menjadi US$ 280,17 juta (yoy).
Sejatinya, volume penjualan Chandra Asri hanya turun tipis yakni 1.059 kiloton di semester I-2019 dari 1.067 kiloton di periode sama tahun lalu.
Namun, harga produk etilena turun 10,97% menjadi US$ 828 per metrik ton pada kuartal II-2019 dari kuartal I 2019. Harga polietilena juta turun 4,12% menjadi US$1.094 per metrik ton pada periode April-Juni 2019.
Tetap ekspansif
Direktur SDM dan Urusan Korportat Chandra Asri Suryandi mengatakan, secara global industri petrokimia mengalami kondisi serupa. Terutama penambahan kapasitas dan kontraksi dari sisi permintaan. "Kontraksi permintaan terjadi setelah perang dagang antara China dan AS," ujar dia.
Meski begitu, Chandra Asri yakin pertumbuhan permintaan produk petrokimia dari dalam negeri masih tinggi. Manajemen Chandra Asri menyebut, produksi dalam negeri saat ini hanya mencukupi sekitar 40%. Karena itu, Chandra Asri tetap ekspansi.
Sebagai contoh, TPIA akan meresmikan dua proyek pada Oktober 2019. Yakni proyek polietilena
baru berkapasitas 400 KTA dan pabrik baru polietolena dengan kapasitas 110 KTA. Pembangunan pabrik ini seiring keinginan pemerintah mengurangi tingkat impor polietilena.
Tahun depan, TPIA akan mengerjakan proyek MTBE dan pabrik Butene-1. Ditargetkan, kedua pabrik akan berproduksi komersil pada kuartal III-2020. Proyek ini menelan biaya investasi US$ 130,5 juta.
"Dari sisi financing sudah fully funded," ujar Suryandi. Setelah proyek ini beroperasi, kapasitas produksi TPIA bisa mencapai 4,2 juta ton dari posisi sekarang 3,9 juta ton.
Saat ini, pemeliharaan regular Turn-Around Maintenance (TAM) pada awal Agutus 2019 hampir selesai. TAM dilakukan untuk memastikan keadaan pabrik agar tetap menjamin produksi.
Tetap ekspansif
Direktur SDM dan Urusan Korportat Chandra Asri Suryandi mengatakan, secara global industri petrokimia mengalami kondisi serupa. Terutama penambahan kapasitas dan kontraksi dari sisi permintaan. "Kontraksi permintaan terjadi setelah perang dagang antara China dan AS," ujar dia.
Meski begitu, Chandra Asri yakin pertumbuhan permintaan produk petrokimia dari dalam negeri masih tinggi. Manajemen Chandra Asri menyebut, produksi dalam negeri saat ini hanya mencukupi sekitar 40%. Karena itu, Chandra Asri tetap ekspansi.
Sebagai contoh, TPIA akan meresmikan dua proyek pada Oktober 2019. Yakni proyek polietilena
baru berkapasitas 400 KTA dan pabrik baru polietolena dengan kapasitas 110 KTA. Pembangunan pabrik ini seiring keinginan pemerintah mengurangi tingkat impor polietilena.
Tahun depan, TPIA akan mengerjakan proyek MTBE dan pabrik Butene-1. Ditargetkan, kedua pabrik akan berproduksi komersil pada kuartal III-2020. Proyek ini menelan biaya investasi US$ 130,5 juta.
"Dari sisi financing sudah fully funded," ujar Suryandi. Setelah proyek ini beroperasi, kapasitas produksi TPIA bisa mencapai 4,2 juta ton dari posisi sekarang 3,9 juta ton.
Saat ini, pemeliharaan regular Turn-Around Maintenance (TAM) pada awal Agutus 2019 hampir selesai. TAM dilakukan untuk memastikan keadaan pabrik agar tetap menjamin produksi.
Komentar
Posting Komentar